Medan, MPOL : Misteri kematian mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU), Mahira Dinabila (19) sampai saat ini masih menjadi sebuah misteri. Sebab akibat tewasnya mahasiswi jurusan sosiologi itu sampai sekarang masih dalam penyelidikan polisi.
Mahira ditemukan dengan kondisi terlentang di ruang dapur rumahnya, Komplek Rivera, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan. Apakah korban murni bunuh diri ataupun dibunuh karena disiksa masih menjadi tanda tanya di kalangan masyarakat.
Kapolsek Patumbak, Kompol Faidir Chaniago ketika dikonfirmasi mengatakan masih menunggu hasil dari laboratorium forensik (labfor) penyabab kematian korban.
“Hasil labfor belum keluar jadi kita belum bisa menyimpulkan, karena kasus ini masih berproses,” kata Faidir saat dihubungi Medan Pos, Kamis (25/5/2023) siang.
Ia mengaku pihaknya masih bekerja menyelidiki untuk mengungkap kematian korban, mulai memeriksa handphone korban dan semua yang berkaitan ikut diperiksa. Karena katanya, tim khusus Polsek Patumbak dan Satreskrim Polrestabes Medan yang dibentuk Kapolrestabes Kombes Valentino Alfa Tatareda akan bekerja secara tuntas alias tidak setengah-setengah.
Sejauh ini, katanya, polisi sudah memeriksa sebanyak 14 saksi terkait kematian korban, termasuk M, ayah angkat korban.
“Dia (M) juga sudah kita periksa, masih dalam pengawasan dia itu, anaknya juga. Dalam pengawasan artinya dia itu kooperatif, kapan perlu dipanggil dia bisa (hadir),” sebutnya.
Sebelumnya, pengacara yang juga paman Mahira, Oky Andriansyah mengungkapkan kronologi awal penemuan mayat korban. Dia menyampaikan, pada 3 Mei 2023 ada seorang mahasiswa yang merupakan teman Mahira menghubungi istrinya. Teman Mahira itu menyebut korban sudah 10 hari tidak masuk ke kampus.
“Saya cek di handphone, terakhir saya komunikasi dengan Mahira itu 23 April sekitar pukul 11.00 WIB. Dari situ kita bertanya-tanya ada apa dengannya,” kata Oky, Senin (22/5/2023).
Kegelisahan itu membuat ia bersama sang istri beranjak dari rumah menuju Komplek Rivera dengan mengendarai mobil sekitar pukul 22.00 WIB. Setibanya di lokasi, suasana rumah yang dihuni Mahira dilihatnya teramat gelap dan melihat ada seekor kucing Mahira yang berada di luar rumah.
“Jerjak besi rumahnya tergembok. Di teras rumah ada sepeda motor Scoopy cokelat dalam kondisi ban depannya kempes,” katanya.
Lalu, istrinya berulang kali memanggil Mahira. Namun tidak ada suara yang menyahut. Merasa janggal, Oky langsung mengendarai mobilnya untuk bertemu dengan pihak keamanan komplek. Setelah itu, ada seorang satpam yang turut mendampinginya ke rumah tersebut. Mereka sempat kesulitan masuk ke dalam rumah Mahira. Ketika itu, Oky melihat ada tangga di bagian luar rumah tetangga Mahira.
Lalu, dia menaiki tangga itu hingga sampai di lantai dua rumah tersebut. Ia coba melihat dari cela gedung, rupanya tercium aroma bau busuk yang sangat menyengat.
Seketika ia merasa kejadian buruk pasti menimpa Mahira. Mereka memanggil kepala lingkungan ke lokasi untuk turut hadir. Sebab, ia berencana akan masuk dengan merusak gembok rumah Mahira.
Tak disangka, ia melihat ayah angkat Mahira, berinisial M, tiba-tiba ada di lokasi. M datang bersama istri dan seorang anaknya menggunakan sepeda motor.
“Waktu itu istri M ini bilang sempat mutar-mutar di situ seminggu yang lalu. Lalu saya tanya kok gak masuk? diam dia,” sebutnya.
Dia menyampaikan setelah itu mereka mengambil palu dan merusak gembok jerjak rumah Mahira. Setelah berhasil dibuka, ia langsung membuka pintu depan rumah yang ternyata dalam kondisi tidak terkunci.
Ia aktifkan senter dari handphone untuk menuntunnya melangkah. Oky sempat tersandung meja. Namun saat itu, M melangkah dengan cepat langsung ke arah dapur. Setelah dari situ M menyebutkan suatu pernyataan yang menurutnya janggal.
“Jadi M ini langsung masuk dalam keadaan gelap atau mati lampu dan dia orang pertama menemukan mayat Mahira. Tiba-tiba M keluar dari dapur dan bilang ‘wah, si Ira terpeleset Ki’,” ungkap Oky.
Dia sampaikan ekspresi M malam itu datar dan tidak tampak histeris mengetahui anak angkatnya sudah tewas. Saat ia ke dapur, dilihatnya Mahira dalam keadaan terlentang. Kondisi di sekitar tubuhnya ada darah dan cairan diduga dari daging yang membusuk.
“Kepalanya tinggal tengkorak. Ada Baygon semprot di dekat tangan kanannya. Saya terkejut melihat kondisinya seperti itu,” ungkapnya.
Selanjutnya, pihak kepolisian dihubungi untuk datang ke lokasi. Tak berapa lama tim Inafis Polrestabes Medan datang untuk melakukan proses evakuasi. Mayat Mahira lalu dibungkus dan dibawa ke RS Bhayangkara, Medan, oleh ayah kandungnya bernama Pariono dengan ambulance.
Di lain pihak, Kanit Reskrim Polsek Patumbak, AKP Ridwan sempat menjelaskan penemuan mayat Mahira. Ridwan menyebut Mahira sudah tinggal sendirian selama seminggu.
“Selama seminggu Mahira tidak keluar rumah. Makanya diduga korban bunuh diri seminggu lalu. Di sekitar mayat ditemukan ada botol Baygon. Diduga korban bunuh diri karena meminum Baygon itu,” ucap Ridwan.
Selain itu, sambungnya, ditemukan juga di ruang tamu ada surat yang ditulis oleh korban yang isinya ia bunuh diri karena ditinggal sendiri di rumah.
“Bapaknya ini pergi ke Padangsidimpuan pada 21 April. Mahira sempat diajak tapi menolak,” akunya.
Pihaknya pun melakukan identifikasi bersama tim Inafis Polrestabes Medan saat berada di lokasi. Mahira sempat dibawa ke RS Bhayangkara. Namun, M mengaku tidak perlu dilakukan autopsi terhadap mayat Mahira. Alhasil Mahira langsung dikebumikan di rumah neneknya, di kawasan Perumnas Mandala.
Belakangan, Pariono yang merasa janggal atas kematian Mahira merasa ada dugaan dibunuh sehingga polisi harus dilakukan langkah autopsi. Beberapa hari kemudian polisi mewujudkan permintaan Pariono dengan membongkar mayat Mahira (ekshumasi) dan melakukan autopsi serta melakukan proses penyelidikan sampai saat ini. *