Siti Zuhro: Halal Bi Halal Mampu Menjaga Hubungan Antar Sesama

Rabu, 24 Mei 2023 | 17:53 WIB

Jakarta, MPOL: Halal Bi Halal mampu menjaga hubungan antar sesama demikian Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Prof. R Siti Zuhro mengatakan dalam diskusi Empat Pilar dengan tema “Halal Bi Halal Mampu Meperkuat Rasa Kebangsaan” bersama Wakil Ketua MPR RI Asrul Sani, Rabu (24/5) di DPR RI Jakarta.

Menurut Siti Zuhro tradisi halal bi halal halal mampu menjaga hubungan antar sesama. Karena itu, halal bi halal harus dimaknai sebagai satu contoh integrasi bangsa. “Nuansa kebangsaan tidak boleh kering, itu saya terjemahkan dalam ilmu politik, agar jiwa nasionalisme itu senantiasa ada.”

Berbicara kebangsaan itu, syarat dengan patriotisme, rasa kecintaan kepada negara bangsa ini.

Demikian juga bagaimana merasa memiliki atau menjadi ownership pada museum, perpustakaan, situs-situ bersejarah. ‘Ini menunjukkan betapa negara bangsa ini memiliki nilai peradaban yang juga tidak rendah. Kita punya katakan artefak, tidak hanya museum. Jadi ada kebanggaan terhadap peradaban yang sudah dibangun oleh para pendiri kita.”

Disamping itu, kalau berbicara kebangsaan juga sangat erat dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme. “Ini nanti akan saya kaitkan dengan kita menyongsong pemilu. Ketika kita masuk ke sistem demokrasi, tentunya ini harus menjadikan wawasan kebangsaan kita itu semakin bagus dan utuh, maka seharusnya Pemilu itu menjadi bagian tak terpisahkan dari ekspresi diri kita, sebagai warga negara Indonesia.”

Warga negara Indonesia ini adalah bangsa yang beradab, adalah dengan melakukan Pemilu 5 tahun sekali, maka kompetisi kontestasinya juga mewakili nilai-nilai kebangsaan tadi itu. “Apakah melalui 5 tahun sekali Pemilu itu, peradaban kita bangun? Kalau peradaban kita bangun, maka masuk ke substansi kebangsaan. Sebetulnya itu, saya mencoba memahaminya begitu,” tutur Siti Zuhro.

Sedangkan Arsul Sani, mengatakan Saya kira kita sebagai bagian dari elemen masyarakat yang sehat maka kita harus kembalikan, masyarakat kita di tahun politik ini dalam rangka menghadapi pemilu 2024 nanti ke jalur yang Halal Bihalal.

Kalau kita kembali ke sejarah ya Halal Bihalal ini juga memang ada urusannya dengan politik, kan secara tradisi halal Bihalal ini kalau saya diceritai oleh Kyai-Kyai NU itu dulu diciptakan oleh Kyai Wahab Hasbullah salah satu pendiri NU untuk mengumpulkan para alim ulama, para Kyai yang berikhtilaf, berbeda pendapat dan berbeda pendapatnya karena masing-masing memiliki otoritas, susah ketemu, maka perbedaan pendapat itu terus terpelihara tidak hanya pada pra Kyai dan para alim Ulama tetapi para pengikutnya juga.

Halal Bihalal ini dalam arti saling menghalalkan perbedaan pendapat, artinya kemarin-kemarin kita perselisih berbeda pendapat, berbeda pandangan itu, kita akhiri dengan semangat bukan untuk kemudian menjadi satu atau menjadi sama, tetapi kalaupun berbeda pendapat itu kita tetap saling menghormati, kita berbeda pendapat, Karena itulah dalam ajaran Islam meskipun ini sering dikritik bukan hadits sebetulnya, ada ya ada gium ada istilah, Ikhtipi Ummatii Rahmah perbedaan pendapat di antara umatku ini adalah Rahmat.

Tapi kita seringkali ya setelah apa pilpres 2 kali yang terakhir ini, bukan Ikhtilaafi Ummatii rahmah tetapi Ikhtilaafi Ummatii Laknat, perbedaan pendapat diantara umatku adalah laknat, padahal yang berkontestasi itu sudah mengubahnya menjadi rahmat, gimana enggak jadi Rahmat, yang tadinya berkontestasi kemudian juga masuk kabinet dapat menteri dan lain sebagainya. Ini yang mestinya harus kita terangkan, tutur Arsul Sani.***