Jumat, 22 November 2024

PPDB Dianggap Gagal dalam Melaksanakan Konsep

Rini Sinik - Kamis, 04 Juli 2024 20:09 WIB
PPDB Dianggap Gagal dalam Melaksanakan Konsep
Jakarta, MPOL - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dianggap gagal dalam melaksanakan konsep, demikian Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf mengatakan Dialektika Demokrasi "Mencari Solusi Menuju PPDB yang transparan dan Efektif" bersama pengamat pendidikan Asep Sapaat dan praktisi media Frederich Batari, Kamis (4/7) di DPR RI Jakarta.

Baca Juga:
Menurut Dede Yusuf mengapa PPDB itu dianggap gagal di dalam melaksanakan konsep penerimaan siswa baru selama 8 tahun terakhir ini ada dua hal yang saya mau sampaikan kepada kawan-kawan semua. Pertama niat awalnya adalah menghilangkan sekolah favorit, ternyata awalnya dengan adanya sekolah favorit dulu semua orang berbondong-bondong menuju kepada sekolah favorit, bahkan dibuatlah konsep yang namanya PPDB, ini awalnya adalah memberikan kesempatan agar orang yang berada di wilayah itu juga bisa menempati sekolah yang ada terjadi terus-menerus karena jumlah sekolah jenjang perjenjang pendidikan tidak sama dengan output daripada siswa di jenjang sebelumnya.

Tentu isu ini mau tidak mau harus dipecahkan karena kalau tidak mau pakai konsep apapun yang namanya zonasi ini itu selama jumlah siswanya masih lebih banyak daripada jumlah siswa lulusan lebih banyak daripada yang bisa ditampung ini masih akan terjadi, kami DPR tahun 2023 telah meminta pemerintah kami berikan opsi pertama pada saat ini PPDB opsinya adalah harus melakukan satgas pengawasan PPDB melibatkan ombudsman, melibatkan pemerintah daerah Kemendikbud.

Untuk terkait dengan banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi ini sudah dilakukan Opsi yang kedua adalah jika PPDB ini ternyata lebih banyak penyimpangannya maka harus mengganti formula baru untuk sistem penerima ada opsi kembali kepada tes setiap sekolah tetapi itu penting tidak akan menjawab permasalahan bahwa masih banyak orang yang ingin mengejar sekolah-sekolah favorit walaupun saat ini sudah di zonasikan tapi realitanya sekolah favorit masih tetap jadi sasaran, daripada tentunya adalah daripada siswa ataupun orang tua nah ini kita harus pahami kalau saja selama ini masih dianggap terjadi sekolah favorit ini tandanya ketidakmampuan pemerintah dalam hal ini pemerintah ada Kemendikbud dan ada pemerintah daerah karena jenjang SD SMP SMA itu adanya di pemerintah daerah ketidakmampuan untuk membuat sekolah lain menjadi favorit karena yang favorit yang paling hanya satu dua tiga.

Sementara yang lainnya itu tidak katakanlah tidak favorit apa sih yang disebut favorit atau tidak favorit itu banyak salah satunya adalah sarana prasarana akses gurunya lalu kemudian juga mungkin ruang belajar dan lain-lain lapangan itulah yang kemudian akhirnya dikatakan masuk sekolah ini akan lebih nyaman akan lebih baik dan menjadi unggulan untuk masuk ke jenjang berikutnya ini yang terjadi padahal harapannya adalah dengan sistem PPDB dan zonasi ini sekolah-sekolah lain di upgrade supaya kualitasnya sama dengan sekolah favorit tersebut sehingga sekolah lain pun juga menjadi tujuan daripada siswa-siswa, tutur Dede Yusuf.

Sedangkan Asep Sapaat mengatakan bicara soal sekolah PPDB ya tadi kang Dede kemudian menarik tentang tempat dugaan analisa saya ada satu niat baik untuk menghilangkan istilah sekolah favorit, Nah ini kan istilah sekolah favorit sebenarnya yang persepsi juga jadi multi tafsir gitu ya dari teknik orang tua punya pandangan dari pengelola sekolah dari kompetitor karena sampai faktanya adalah kalau bicara konteks pendidikan, ya tentu hal yang positif kalau bicara favorit kan sebenarnya ada indikator ada indikatornya.

Hari ini yang memang belum clear adalah tentang, sejak kapan untuk istilah sekolah favorit ya saya sebenarnya punya gagasan bahwa sekolah favorit itu ya sebenarnya indikator politik sekolah berkualitas yang di situ detail-detailnya itu yang pertama bicara soal yang pertama pasti yang kunci penting adalah bicara soal manajemen sekolah dan manajemen sekolah kuncinya ada di kepemimpinan sekolah yang efektif.

Sekolah yang mampu bisa membangkitkan atau mencapai satu cita-cita lembaga dan Kita harapan anak-anak tentu itu bagian dari interpretasi harapan orang tua jadi yang pertama bicara soal manajemen ini substansi manajemen pendidikan, manajemen sekolah.

Kedua bicara soal infrastruktur nah hari ini sebenarnya infrastruktur kan ada standar minimal dan hari ini kita bisa tahu kalau favorit itu pasti gedungnya bagus lengkap laboratorium bahasa laboratorium fisika itu lengkap, nah jadi itu ukuran-ukuran yang mudah dipahami mudah dilihat gitu ya jadi itu yang kedua.

Sebenarnya ketika niat awal menghilangkan semua pokoknya bisa pikir hari ini faktanya ini gagal sebenarnya karena pemerintah saya pikir hari ini pemerintah. Sebenarnya tugas berat pemerintah adalah memastikan semua sekolah yang ada di negara kesatuan Republik Indonesia itu kelas menengah ini nanggung jadi yang sebenarnya ke atas ke bawah ujungnya gak cukup atau harus dapat akses pendidikan lebih berkualitas yang harus keluar dana aduh pasti ada yang dikorbankan tuh alokasi kehidupan rumah tangga di negara kesatuan Republik Indonesia, tutur Asep Sapaat.***

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Rini Sinik
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Komite III DPD RI Minta Nadiem Perbaiki Penyelenggaraan Sistem PPDB
Korupsi Rp 311Juta, Mantan Kepala MAN 3 Medan dan Rekanan Ditahan Jaksa
komentar
beritaTerbaru