Medan, MPOL : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sumatera Utara (Provsu) menggelar Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting pada Kamis (8/2/2023) di Hotel Santika.
Dalam Rakerda itu hadir Bupati/Walikota se-Sumut, Dinas OPD Se-Sumut dan mitra terkait serta Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) selaku Ketua TPPS Provsu, Musa Rajekshah (Ijeck) serta Sekretaris Utama (Sestama) BKKBN, Drs. Tavip Rayanto, M.Si.
Menurut Tavip Rayanto, penurunan angka stunting akan lebih mudah diatasi jika seluruh pemerintah daerah, 33 kabupaten/kota di Provsu bersama-sama melaksanakan intervensi spesifik maupun intervensi sensitif khususnya yang menyangkut nutrisi asupan gizi, pola asuh yang benar, dan lingkungan serta sanitasi yang sehat.
.
BKKBN menurutnya telah mencatat, terdapat 1.166.929 keluarga beresiko stunting di Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Namun hal itu tidak hanya dilihat dari satu kriteria, bagaimana keluarga bisa masuk dalam kategori keluarga beresiko stunting. Tavip mengutarakan bahwa stunting ini ada penyebab langsung dan tidak langsungnya. Misalnya, air bersih, sanitasi, kemiskinan, masalah gizi kronis dan lain-lain.
Selain itu, kawin terlalu muda atau terlalu tua, melahirkan terlalu dekat dan terlalu banyak juga dapat berpotensi menyebabkan keluarga bersiko stunting.. “Karena itu, empat terlalu itu harus dijaga. Karenanya kalau dulu programnya dua anak cukup sekarang menjadi dua anak sehat,” terangnya.
.
Sementara itu, menurut Ijeck, terdapat Kabupaten/Kota yang angkanya stuntingnya tinggi, karena belum semua masyarakat mendapatkan informasi bagaimana ciri-ciri anak stunting. Kemudian untuk calon pengantin diharapkan jangan sekedar hanya menikah saja, tetapi juga dinas terkait harus memberikan informasi dan setelah punya anak rutin dilakukan pemeriksaan.
.
Lanjutnya, upaya penting dalam menurunkan stunting ini adalah bagaimana pangan masyarakat tercukupi, kebutuhan sembako tercukupi dan harga juga bisa teratasi. Sumut telah berhasil menurunkan angka stunting dari 25,8 persen di tahun 2021 menjadi 21,1 persen di akhir tahun 2022. Dan kita berharap di tahun 2023, angka Stunting turun di 14 persen
.
“Mudah-mudahan tahun 2024 bisa (mencapai) 14 persen. Tapi itu harus dapat ditahan jangan naik lagi. Sehingga ekonomi masyarakat dapat meningkat begitu juga SDM unggul menuju tahun emas 2045,” tutupnya. (Rh/rel)