Medan – Ketua Umum Kadin Sumut Khairul Mahalli, yang juga Ketua Umum DPP GPEI, perekonomian di Indonesia dapat tumbuh pesat. Untuk itu, rasa optimisme perlu dibangun seiring dengan pembenahan berbagai aspek yang dapat memacu tumbuhnya perekonomian tersbut, ketimbang bersikap pesimis dan membayangkan semua serba mengalami kesulitan.
“Sebenarnya ekonomi kita (Indonesia) tidak ada masalah, bahkan bisa tumbuh banyak,” katanya kepada pers dalam bincang menyongsong datangnya tahun 2020 yang sudah di ambang pintu di Medan, Sabtu (28/12/2019).
Ada beberapa point catatannya tentang aspek yang dapat menumbuhkan ekonomi tersebut, di antaranya:
- Ekonomi dari Sektor Perikanan Laut masih banyak yang idle terutama di Indonesia Timur belum dimanfaatkan. Padahal pasar ikan laut sangat besar ke China, Jepang, Eropa, USA dll. Ini semua US dollar.
- Perijinan masih lama dan masih banyak ijin-ijin yang harus diteken oleh Menteri jadi mampet. “Seharusnya ijin-ijin nggak usah diteken menteri, cukup kepala perijinan saja yang tiap hari berada di kantor (delegation of authority yang baik). Kalau ijin cepat keluar maka ekonomi langsung berputar,” tukasnya.
- Produksi barang substitusi impor. Contoh, Import alat berat US$ 10 milyar pertahun. Artinya ada pasar alat berat US$ 10 milyar per tahun. Kenapa tidak bikin Industri memproduksi alat berat sendiri di Indonesia, (sebab) sudah jelas pasarnya.
- Merger Perusahaan Tambang Batubara yang besar-besar pemegang PKP2B. “Masih ingat mengapa dulu Rio Tinto mau merger dengan BHP Billiton? Mereka mau kuasai pasar Tambang Dunia dan bisa melawan dan mendikte China dan mendikte harga. Tapi benturan dengan UU anti trust. Indonesia dengan produksi Batubara diatas 500 juta ton per tahun akan diadudomba harga antar pemegang PKP2B. Tapi kalau merger jadi Kartel maka Coal Index bukan lagi pakai Argus atau Newcastle tapi langsung Indonesian Index. Dengan demikian harga ekspor batubara Indonesia akan tinggi. Prinsip komoditi harus monopoli & cost leader,” papar Khairul Mahalli.
- Gasifikasi atau Coal to Gas. Begitu sudah jadi gas maka banyak turunannya seperti LPG, petrokimia, pupuk dan lain-lain, jadi tidak perlu lagi impor.
- Explorasi and development Oil and Gas. Indonesia ini sangat kaya akan minyak dan gas bumi. “Coba naik pesawat malam dari Surabaya ke Jakarta akan kelihatan cahaya di laut banyak sekali dari rig. Dulu waktu saya kerja di perusahaan minyak Amerika sekitar tahun 1986, saya sudah tahu bahwa Indonesia kaya akan oil and gas tapi kita tidak explore dengan baik,” tuturnya lagi.
Selain itu, menurut Khairul banyak sekali aspek-aspek lain yang dapat dibenahi dalam rangka memacu percepatan roda perekonomian dan meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia tersebut.
“Intinya ekonomi Indonesia tidak akan pernah berat apalagi berat sekali, itu adalah omongan orang malas yang nggak ngerti potensi Indonesia. Yang penting kita berani eksekusi, pasti beres,” pungkasnya. (am)