Rabu, 30 April 2025

Mengatasi 'Doom Spending' Melalui Pemahaman Hubungan dengan Uang di kalangan Milenial dan Gen-z

Mahasiswa UINSU Jurusan Ilmu Perpustakaan, Nim: 0601241019, Dosen pengampu: Dr. Usiono M.A.
Redaksi - Jumat, 03 Januari 2025 17:28 WIB
Mengatasi 'Doom Spending' Melalui Pemahaman Hubungan dengan Uang di kalangan Milenial dan Gen-z
'Doom spending' adalah fenomena dimana seseorang melakukan pembelian impulsif sebagai bentuk pelarian dari situasi stres atau ketidakpastian, seperti saat menghadapi krisis ekonomi atau perubahan besar dalam hidup. Meskipun tampak seperti solusi instan untuk meredakan kecemasan, perilaku ini dapat berakibat buruk bagi kesehatan keuangan dalam jangka panjang. Generasi Z, yang tumbuh di era digital dengan akses informasi yang mudah, sering kali terpapar berita buruk mengenai krisis ekonomi dan isu lingkungan. Hal ini dapat memperburuk perasaan cemas mereka, mendorong mereka untuk berbelanja sebagai bentuk pelarian.

Baca Juga:
Fenomena 'doom spending' di kalangan milenial dan Gen-Z menunjukkan pentingnya memahami hubungan kita dengan uang. Seperti yang diungkapkan oleh Baeckström, pola pengeluaran ini sering kali dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil dan cara keluarga mengelola uang.

"Jika Anda merasa memiliki keterikatan yang aman dengan uang, Anda dapat membuat penilaian yang baik terhadap sesuatu. Anda mengumpulkan pengetahuan dan Anda dapat mengevaluasinya. Namun jika Anda keterikatan hubungan yang tak aman dengan uang, atau jika Anda tergolong menghindar, maka Anda lebih mungkin tergoda untuk melakukan perilaku belanja yang tidak sehat ini," terangnya.

Generasi Z, yang tumbuh di era digital dengan akses informasi yang mudah, sering kali terpapar berita buruk mengenai krisis ekonomi dan isu lingkungan. Hal ini dapat memperburuk perasaan cemas mereka, mendorong mereka untuk berbelanja sebagai bentuk pelarian.

Faktor-Faktor yang Memicu Doom spending di Kalangan Gen Z

Stres dan Kecemasan: Stres dan kecemasan yang dialami oleh Gen Z, seperti tekanan akademis, tekanan sosial, dan masa depan, dapat memicu perilaku belanja impulsif. Mereka mungkin merasa bahwa belanja dapat menjadi cara menghilangkan stres dan meningkatkan suasana hati.

Cara Keluarga Mengelola Uang: Pola pengeluaran yang dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil dan cara keluarga mengelola uang juga memainkan peran penting. Jika seseorang diajarkan untuk menghindari pertanyaan soal uang atau tidak diberikan kesempatan untuk memahami nilai uang, maka mereka mungkin lebih rentan terhadap perilaku belanja impulsif.

Teknologi dan Promosi Komersial: Kemudahan akses ke teknologi dan promosi komersial yang intensif juga dapat memicu perilaku belanja impulsif. Iklan online yang menargetkan remaja dapat membuat mereka merasa tertarik untuk membeli produk-produk tanpa perlu.

Adapun dampak positif dari Doom Spending yaitu:

Dampak Positif:

Jangka pendek meningkatkan kesejahteraan emosional: berbelanja memberikan pelarian dari stres dan kecemasan. Ini memberikan perasaan yang baik dan bahagia untuk waktu yang singkat dan membantu orang tersebut untuk merasa lebih baik tentang masalahnya.

Dampak Ekonomi yang Lebih Besar: Dalam skala yang lebih besar, seiring dengan semakin banyaknya orang yang terlibat dalam Doom Shopping, permintaan terhadap barang dan jasa meningkat. Ini bertindak sebagai stimulus bagi perekonomian dan membantu bisnis untuk bertahan atau tumbuh dalam krisis.

Memenuhi Kebutuhan: Terkadang, pengeluaran Doom akan terbayar untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan namun sebelumnya terabaikan, seperti tunjangan kesehatan dan barang penting lainnya.

Dampak Negatif:

Risiko finansial yang tinggi: Pengeluaran yang tidak terencana dapat menghabiskan tabungan atau berhutang. Hal ini dapat menimbulkan masalah keuangan yang serius di kemudian hari, terutama jika pendapatan tidak ada atau berkurang.

Melupakan solusi jangka panjang terhadap stres: Menghabiskan waktu dalam penderitaan hanya akan membuat Anda bahagia tanpa menyelesaikan masalah mendasar yang menyebabkan stres atau kecemasan. Jika perilaku ini terus berlanjut tanpa mencari solusi dalam waktu lama, maka masalah psikologis akan semakin kuat.

Belanja tunggal: Belanja tunggal sering kali melibatkan pembelian barang-barang yang tidak perlu yang menyebabkan pengeluaran berlebihan dan pemborosan. Hal ini membuat perdagangan menjadi sulit dan membahayakan keuangan Anda.

Solusi atau cara mengatasi hal tersebut

Menghilangkan malapetaka belanja memerlukan kesadaran diri dan perencanaan yang matang sehingga kebiasaan membeli impulsif tidak merusak keuangan dan kesehatan mental Anda. Berikut beberapa solusi yang bisa diterapkan:

Pahami Pemicu Emosional :

Langkah pertama adalah memahami apa yang mendorong perilaku Pembelanjaan Akhir Anda. Apakah karena ketegangan, stres, atau kelemahan? Setelah Anda memahami alasannya, cobalah mencari cara lain untuk mengatasi perasaan tersebut, seperti meditasi, olahraga, atau berbicara dengan teman. Hal ini dapat mengurangi kebutuhan untuk menjual untuk melarikan diri.

Penganggaran dan penganggaran:

Menetapkan anggaran tertentu dan menyesuaikannya dapat mencegah pengeluaran yang tidak perlu. Siapkan anggaran khusus untuk kebutuhan penting, tabungan, dan jika memungkinkan, hiburan. Dengan cara ini, pembelian impulsif dapat dikurangi karena Anda tahu berapa banyak yang harus dibelanjakan.

Menunda keputusan pembelian:

Jika Anda ingin membeli sesuatu secara impulsif, cobalah untuk menunda keputusan selama 24 jam atau lebih. Penundaan ini memberi Anda waktu untuk mempertimbangkan kembali apakah itu benar-benar layak dilakukan. Dalam kebanyakan kasus, keinginan untuk membeli berkurang setelah waktu tersebut.

Hilangkan atau kurangi paparan iklan:

Iklan internet merangsang keinginan untuk membeli. Berhenti berlangganan iklan pemasaran, blokir iklan di media sosial, atau batasi waktu Anda mengunjungi platform pemasaran online. Hal ini akan mengurangi godaan untuk membeli barang yang tidak terlalu dibutuhkan.

Alihkan fokus Anda ke aktivitas yang lebih baik

Gantikan waktu yang Anda habiskan belanja online dengan aktivitas bermanfaat lainnya seperti mempelajari keterampilan baru, berolahraga, mengembangkan karier, hiburan. Ini adalah cara efektif untuk menyibukkan pikiran tanpa harus bekerja.

Menggunakan sistem pembayaran tunai

Beralih menggunakan uang tunai untuk transaksi sehari-hari dapat mengendalikan biaya. Melihat uang yang keluar langsung dari dompet membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam menggunakannya dibandingkan menggunakan kartu kredit atau dompet digital.

Solusi lainnya adalah memprioritaskan dana darurat. Dengan memiliki tabungan darurat yang cukup, perasaan aman finansial akan meningkat, sehingga kecemasan yang sering menjadi pemicu doom spending bisa berkurang. Saat ketidakpastian melanda, mengetahui bahwa Anda memiliki dana yang cukup untuk kebutuhan mendesak dapat mengurangi dorongan untuk menghabiskan uang sebagai bentuk pelarian.

Terakhir, konsistensi dalam mengevaluasi kebiasaan belanja dan kesehatan mental secara berkala sangat penting. Menerapkan strategi untuk mengendalikan pengeluaran hanya akan berhasil jika diikuti dengan komitmen jangka panjang dan refleksi terus-menerus.

Keterikatan yang aman dapat mendorong penilaian yang baik terhadap pengeluaran, sedangkan keterikatan yang tidak aman bisa berujung pada perilaku belanja yang impulsif. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan kesadaran dan refleksi terhadap pola pengeluaran kita, serta membuat transaksi lebih nyata untuk menghindari keputusan keuangan yang tidak sehat.

Dengan menerapkan solusi di atas secara konsisten, kebiasaan belanja Doom dapat dikendalikan untuk meningkatkan kesejahteraan finansial dan emosional. Meskipun Doom Shopping dapat bermanfaat dan membantu sektor keuangan, namun hal ini dapat merugikan kesehatan keuangan dan mental jika tidak dikelola dengan baik.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Marini Rizka Handayani
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Kepedulian Gen-Z dalam Kehidupan Sosial, Mengkaji Tingkat Empati Gen-Z Diluar Sosial Media
Ijeck Apresiasi dan Dukung Program Rekrutmen 2 Juta Kader Gen-Z Partai Golkar
Bagaimana Membuat Gen Z dan Milenial Tertarik Kembali Membeli Rumah
Perkuat Komunitas Pelanggan, Tri Berikan Apresiasi Gen Z di Sumatra Lewat Program Gen Tri Community
Appsindo Milenial : Periksa Pejabat  Soal Sewa Medan Mall
Gen Z Unggulkan Rahudman Harahap Menang Pilkada Medan
komentar
beritaTerbaru