Rabu, 30 April 2025

Kepedulian Gen-Z dalam Kehidupan Sosial, Mengkaji Tingkat Empati Gen-Z Diluar Sosial Media

Penulis : Muflih Ahmad Syauqi
Redaksi - Jumat, 27 Desember 2024 19:19 WIB
Kepedulian Gen-Z dalam Kehidupan Sosial, Mengkaji Tingkat Empati Gen-Z Diluar Sosial Media

Medan, MPOL - Di dalam kehidupan social dan politik terdapat berbagai elemen dan struktur yang kompleks, di kehidupan social dan politik pastinya kita mengedepankan yang namanya hubungan serta kontrak antar manusia atau individu yang terbentuk secara natural maupun rekayasa. Ada banyak nilai dasar yang penting bagi individu ataupun Masyarakat untuk keberlangsungan kehidupan social dan politik, salah satunya adalah nilai kepedulian. Kepedulian adalah salah satu sifat dan nilai yang penting di dalam kehidupan bermasyarakat untuk membentuk suatu ikatan sehingga bisa hidup berdampingan.

Baca Juga:

Dalam tulisan ini kita akan membahas presentase kepedulian dalam konteks Tingkat empati Gen-Z dalam kehidupan social dan politik serta perbandingan nya dengan kelompok generasi yang lain.

Peristiwa yang mempengaruhi generasi perguruan tinggi saat ini, Generasi Z, telah menyebabkan kelompok ini memiliki persepsi berbeda tentang persepsi keselamatan, lebih terbuka terhadap perbedaan, dan lebih terhubung secara virtual (Twenge, 2017).

Namun, perbedaan antarindividu dalam anggota kelompok ada, karena karakteristik unik dan pengalaman individu (Baltes, 1987).

Oleh karena itu, meskipun terdapat kesamaan di antara individu-individu dalam kelompok yang sama, masih terdapat perbedaan antarindividu yang dipengaruhi oleh pengalaman unik yang dialami setiap anggota.

karena itu, pendekatan person-by-situation diperlukan untuk mengetahui apakah perilaku seseorang disebabkan oleh faktor kepribadian atau situasional. Studi saat ini akan mengkaji bagaimana perubahan empati anggota Generasi Z setelah pengalaman berbasis komunitas selama kursus kehormatan mahasiswa baru sambil menilai jenis kelamin dan intensitas pengalaman (yaitu, pengaruh situasional).
Hipotesis dirumuskan berdasarkan pemahaman tentang ciri-ciri yang khas Individu Generasi Z sekaligus mengakui perbedaan individu yang dapat membedakan mahasiswa usia kuliah dari kelompok ini.

Generasi Z, juga dikenal sebagai Generasi, iGenners, GenZ, dan Generasi Sekarang, terdiri dari mereka yang lahir pada pertengahan tahun 1990an hingga akhir tahun 2010an (Looper, 2011; Twenge, 2017).


Peristiwa sejarah yang penting bagi generasi ini telah mempengaruhi persepsi mereka tentang keselamatan serta cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Mayoritas individu dalam generasi ini masih muda, atau bahkan belum lahir, ketika serangan 11 September terjadi, generasi ini telah hidup dengan konsekuensi dari peristiwa ini, seperti anggapan bahwa keselamatan publik dan kepercayaan masyarakat adalah norma.

Demikian pula, generasi ini memiliki persepsi yang unik mengenai keselamatan dan risiko pribadi karena mereka adalah generasi pertama yang mengalami penembakan di sekolah dalam skala luas (yaitu, sejak GenZ dimulai.
sekolah pada tahun 1999 telah terjadi 288 penembakan di sekolah).

Sebuah survei, Monitoring the Future, meneliti siswa kelas 8 dan 10 dan menanyakan pertanyaan mengenai kemungkinan mereka mengambil risiko atau terlibat dalam tindakan berbahaya. Pada tahun 2015, kurang dari 40% remaja "terkadang suka mengambil risiko" dibandingkan dengan tahun 2000an di mana lebih dari 50% remaja setuju dengan pernyataan tersebut (Twenge, 2017).

Selain itu, dengan menurunnya pengambilan risiko dan meningkatnya persepsi kematian oleh GenZ, tampaknya ada peningkatan empati karena mereka lebih memahami apa yang terjadi di dunia sekitar mereka.

Ketidaknyamanan emosional disamakan dengan cedera fisik pada generasi ini, yang mungkin disebabkan oleh komunitas online dan jejaring sosial yang dapat memperburuk kerusakan emosional akibat interaksi sosial yang negatif (Twenge, 2017).

Generasi ini paling aman dibandingkan generasi sebelumnya, melalui meningkatnya minat terhadap keselamatan, angka kematian akibat kecelakaan mobil mengalami penurunan; namun, mereka lebih mungkin meninggal karena bunuh diri karena kerapuhan emosi mereka (Twenge, 2017). GenZ tampaknya lebih takut dengan interaksi sosial orang dewasa dibandingkan cedera fisik, yang dapat menjadi penyebab peningkatan depresi dan kecemasan (Twenge, 2017). Meningkatnya minat terhadap keamanan emosional ini dapat menyebabkan peningkatan empati karena iGen menyadari bahwa interaksi sosial berisiko menimbulkan ketidaknyamanan emosional dan mereka mencoba menghindari hal ini.

Berdasarkan hasil survei tersebut secara emosional Gen-Z dalam aktivitas social cenderung tidak bisa keluar dari zona nyaman nya, empati mereka membentuk karakter "cari aman" dibandingkan untuk bergerak melakukan perubahan, sehingga terlihat presentase kepedulian Gen-Z terhadap kehidupan social itu kecil, karena Gen-Z memang menghindari interaksi sosial secara dewasa karena itu berpotensi lebih mencederai batin sehingga mereka beralih berinteraksi melalui media social karena lebih terasa aman dan nyaman .

Dan ini menurut hemat penulis bisa berdampak negative bagi tatanan social Masyarakat, namun Tingkat kepedulian Gen-Z sangat tinggi di dalam dunia maya dibandingkan kehidupan social secara langsung.


Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Baringin MH Pulungan
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Mengatasi 'Doom Spending' Melalui Pemahaman Hubungan dengan Uang di kalangan Milenial dan Gen-z
Ijeck Apresiasi dan Dukung Program Rekrutmen 2 Juta Kader Gen-Z Partai Golkar
Bagaimana Membuat Gen Z dan Milenial Tertarik Kembali Membeli Rumah
Perkuat Komunitas Pelanggan, Tri Berikan Apresiasi Gen Z di Sumatra Lewat Program Gen Tri Community
Gen Z Unggulkan Rahudman Harahap Menang Pilkada Medan
Toba Essay Competition 2024: Inovasi dan Kreativitas Gen-Z untuk Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
komentar
beritaTerbaru